Sejarah Psikologi Dakwah
Kali ini Jejak Mufassir akan membagikan sedikit wawasan Islam. Akan tetapi wawasan Islam yang akan Jejak Mufassir bagikan kali ini merupakan wawasan Islam yang modern, yakni terkait psikologi dakwah. Jejak Mufassir akan menyajikan kepada para pembaca sekalian terkait sejarah psikologi dakwah.Apa itu psikologi dakwah? Apa saja objek Psikologi Dakwah? Mengapa psikologi dakwah dibutuhkan dalam pelaksanaan dakwah? Bagaimana sejarah psikologi dakwah? Mari simak artikel ini sampai akhir ya.
Pengertian Psikologi Dakwah
Psikologi berasal dari kata pscyche dalam bahasa Yunani yang berarti jiwa dan logos yang memiliki arti ilmu. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa psikologi adalah ilmu jiwa yang bertujuan mengkaji gejala-gejala yang terlihat pada manusia untuk kemudian ditafsirkan sebagai latar belakang kejiwaannya sebagai makhluk yang berjiwa.Dakwah secara leksikal berasal dari kata دعا – يدعو – دعوة yang berarti menyeru atau mengajak. Secara istilah, Ahmad bin Abdul Wahab al-‘Uqail mendefinisikan dakwah sebagai dakwah kebenaran dengan mempersaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah yang wajib disembah dan Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah, serta menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Adapun psikologi dakwah adalah ilmu yang berusaha untuk menguraikan, memprediksi, serta mengendalikan tingkah laku terkait dakwah. Psikologi dakwah berusaha membuka rahasia apa yang tersembunyi dalam perilaku manusia yang terkait dengan dakwah untuk kemudian dimanfaatkan sebagai pengetahuan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan dakwah.
Sejarah Munculnya Psikologi Dakwah
Pada fase awal yakni fase infantasi, para sarjana Muslim tergila-gila pada teori psikologi dan tekniknya. Hingga akhirnya mereka mengikuti sepenuhnya teknik seerta teori modern tersebut tanpa kritik. Lalu masuk pada fase kedua yakni fase rekonsiliasi, di mana para sarjana Muslim mulai melakukan pencocokan secara psikologi modern dan al-Quran dengan anggapan bahwa di antara keduanya tidak ada pertentangan. Hingga pada fase terakhir yakni fase emansipasi, di mana para sarjana semakin kritis terhadap pandangan psikologi modern, dan mengalihkan perhatiannya pada al-Quran, hadits, dan khazanah-khazanah klasik Islam yang sama-sama membahas perkara nafs (jiwa) manusia.Awalnya Psikologi Dakwah ini tidak terlepas daripada proses islamisasi psikologi. Pada tahun 1960-an mulai muncul literatur bahasa Arab berjudul Al-Qur’an wa ‘Ilm an-Nafs karya Abdul Wahab Hamudah, dan psikologi dakwah menjadi salah satu sub dalam literatur tersebut. Adapun di Indonesia sendiri mulai muncul beberapa tokoh senior yang memberikan perhatian kepada Psikologi Islam pada tahun 1990-an. Di Indonesia, Psikologi Dakwah mulai dirilis oleh bapak H. Muhammad Arifin tahun 1990-an. Psikologi Dakwah lebih spesifik daripada Psikologi Islam. Psikologi Dakwah diharapkan dapat bermanfaat bagi da’i untuk bisa memahami psikologi mad’u (orang yang didakwahi).
Hubungan Antara Psikologi dan Dakwah
Psikologi dan dakwah sangat berkaitan erat sebab psikologi dapat membantu aktivitas dakwah agar dapat lebih maksimal dalam mencapai tujuan dakwah tersebut. Dalam proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia pasti terjadi berbagai problematika yang dialami oleh da’i (orang yang menyampaikan pesan dakwah). Seorang da’i akan dihadapkan kepada berbagai mad’u (orang yang menerima pesan dakwah) yang memiliki corak serta latar belakang yang berbeda dalam menerima dakwah.Hal tersebut menunjukkan bahwa mad’u memiliki kondisi yang berbeda-beda. Oleh karenanya dengan adanya psikologi, seorang da’i dapat memahami berbagai corak, latar belakang, serta kondisi yang cenderung berbeda-beda dari tiap-tiap mad’u yang dihadapinya. Tentu tidak mungkin seorang da’i menyampaikan materi yang cenderung berat dipahami kepada mad’u yang memiliki kondisi keilmuan pada taraf yang masih awam. Oleh karenanya psikologi dan dakwah ini saling menyokong satu sama lain, sehingga dakwah dapat tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dakwah yang ada.