Pada tulisan ini, akan dibahas mengenai beberapa tokoh-tokoh modernisasi Islam. Tokoh-tokoh yang telah dicantumkan akan dipaparkan secara ringkas biografi serta pemikirannya. Dengan mengetahui biografi dan pemikirannya secara ringkas diharapkan dapat memudahkan kita untuk memahaminya.
A. Hasan Al-Banna
Hasan Al-Banna adalah salah satu intelektual
Islam yang lahir pada tanggal 17 Oktober 1906 M di provinsi Buhairiyah Mesir
dan beliau juga merupakan salah satu pendiri organisasi Ikhwanul Muslimin yang
terkenal fokus terhadap ajaran Islam. Hasan Al-Banna menolak pengaruh pemikiran
Barat masuk ke wilayah Mesir, bahkan dalam pemikirannya beliau memandang bahwa
membiarkan westernisasi berkembang di Mesir berarti membiarkan anarki dan
korupsi, hal tersebut menjadi latar belakang beliau membentuk organisasi
Ikhwanul Muslimin guna berusaha memperbaiki keadaan masyarakat Islam, sambil
berjuang untuk memperbaiki keadaan masyarakat Islam dengan menyatakan bahwa
kita harus mengambil ketentuan Islam dari sumber aslinya sebagaimana dipahami
oleh salafush shalih, serta melepas diri dari cengkraman penjajahan dan zionis
Israel. Gerakan yang dibawa oleh Hasan Al-Banna ini konon katanya juga diadopsi
oleh Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia, namun ini masih sebatas hipotesa,
meski demikian gerakannya ini layak untuk dicontoh sebab kenyataannya dengan
adanya arus modernisasi ke negara Islam, memang dapat membawa dampak negatif
yang bahkan dapat merusak kehidupan umat beragama Islam dari segi nilai moral
dan agama.
B. Abu Al-A’la Al-Maududi
Abu Al-A’la Al-Maududi adalah salah satu tokoh reformasi Islam yang
silsilahnya bersambung kepada Nabi Muhammad ﷺ
apabila ditelusuri, dan beliau lahir pada tanggal 3 Rajab 1321 H atau 25
September 1903 M di Aurangabad (saat ini disebut Andha Pradesh), Hyderabad,
Deccan di India Selatan. Abu Al-A’la Al-Maududi memiliki latar belakang minat
intelektual yang besar pada persoalan politik, beliau berkenalan dengan para
aktivis penting Gerakan Khilafat, serta para pemimpin senior Jam’iyatul
‘Ulama’-i Hind yang kemudian pada saat itulah proses belajar agama mulai
terjadi dan pertumbuhan intelektual Maududi semakin berkembang dengan
mempelajari bahasa Inggris serta berkenalan dengan karya-karya Barat. Maududi
sangat memperhatikan persoalan yang muncul akibat konflik antara pandangan
dunia Islam dan Barat kontemporer yang kemudian beliau berusaha mendiskusikan
masalah tersebut dan mencoba untuk mengajukan pemecahan secara Islami, tentu
pemikiran ini sangat layak untuk coba diterapkan dalam rangka menyelesaikan
persoalan politik dalam konteks politik saat ini.
C. Taqiyuddin An-Nabhani
Taqiyuddin An-Nabhani merupakan seorang ulama asal Yerusalem yang menjadi
pendiri partai politik Islam Hizbut Tahrir dan memiliki nama lengkap Syaikh
Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Isma’il bin Yusuf An-Nabhani,
beliau lahir di Ijzim, Haifa pada tahun 1909 M dan wafat di Beirut, Lebanon
pada 20 Desember 1977 M. Beliau memandang bahwa Khalifah Utsmaniyah merupakan
penjaga agama dan aqidah, beliau memandang bahwa reformasi itu meniru Protestan
sebab dalam Islam tidak ada reformasi agama, beliau juga menolak gerakan
misionaris, beliau berpandangan bahwa politik itu adalah mengurus urusan umat
dengan menerapkan hukum Islam baik dalam maupun luar negeri, oleh karenanya
beliau beranggapan bahwa hanya ada satu sistem politik, yakni sistem khilafah.
Konsep pemikiran politik Islam yang digagas Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani merupakan
tawaran ideal yang pernah terwujud di masa lampau, namun tentu jika diterapkan
di masa sekarang bisa jadi berimplikasi positif dan negatif, seperti di
Indonesia yang kerap banyak golongan ingin menerapkan sistem khilafah, namun
kenyataannya The Founding Fathers yang notabene mereka dari berbagai
latar belakang agama telah sepakat menjadikan negara kesatuan republik
Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara, yang pada hakikatnya tidak
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
D. Mustafa Kemal Ataturk
Mustafa Kemal Ataturk lahir pada 1881 M dan wafat pada 1938 M, beliau
merupakan pegawai tentara dan presiden Turki yang dikenal sebagai sosok yang
menghapuskan peranan dan kedudukan khalifah di Turki. Di antara pemikiran
beliau tatkala memimpin Turki yakni mengeluarkan peraturan dengan mengharamkan
pemakaian tarbus, sebaliknya malah mewajibkan pemakaian topi ala Barat bagi
golongan lelaki, lalu menggantikan penggunaan tulisan Arab dengan tulisan
latin, kemudian menerjemahkan dan menafsirkan al-Quran ke dalam Bahasa Turki,
beliau juga melakukan pemansuhan ajaran Islam yang dianggap lapuk, dan beliau
juga memperjuangkan isu emansipasi wanita dengan cukup lantang. Pemikiran
beliau menuai pro dan kontra, Ibrahim Mahmood cenderung menyokong rancangan pemodernan
Kemal karena Kemal mengadakan perubahan atas dasar memerdekakan hamba rakyat
dari kekuasaan dzalim, namun menurut Mohd. Noor, Kemal telah melakukan satu
pembaharuan yang tidak rasional dan menyimpang jauh daripada garis panduan
Islam yang sebenarnya, tentu dengan mengetahui pro dan kontra ini dapat jadi
pertimbangan pemikiran Mustafa Kemal Attaturk tatkala ingin dijadikan dasar
pemikiran politik Islam.
E. Syah Waliyullah
Syah Waliyullah Ad-Dahlawi merupakan salah satu tokoh pembaharu pemikiran
Islam yang nasabnya runtut hingga pada khalifah Ummar bin Khattab dari jalur
Abdillah dan beliau memiliki nama lengkap Qutubuddin Ahmad bin Abdurrahman bin
Majuhuddin bin Mazzam bin Muhammad Ad-Dahlan Al-Faruqi yang lahir pada hari
Rabu, 4 Syawwal 1114 H atau 21 Februari 1703 M di Phulat, sebuah kota kecil di
dekat Delhi. Beliau merupakan sosok pembaharu Islam yang memberi konstribusi
pada bidang hukum khususnya terkait pemikiran beliau di bidang ilmu hadits,
pemikiran beliau tersebut dilatar belakangi perjalanan intelektual beliau di
Hijaz. Beliau berpandangan bahwa dalam apa yang datang dari pembuat hukum
termasuk hadits Nabi- mengandung dua jenis ilmu yang memiliki kedudukan dan
derajat berbeda, yakni masalih (kemaslahatan) dan syara’i (hukum
agama), beliau juga menyatakan bahwa kesepakatan sebagian sahabat tidak bisa
dijadikan salah satu sumber syariat (ushul syar’i) karena sering kali di
antara para sahabat bersepakat mengenai sesuatu karena pemikiran rasional yang
menunjukkan kemanfaatan, tentu pemikirannya ini sangat bermanfaat bagi para
peneliti hadits di zaman sekarang.
F. Sayyid Ahmad
Khan
Sayyid Ahmad Khan merupakan salah satu tokoh intelektual pembaharu Islam
yang lahir pada 17 Oktober 1817 M di Delhi, yang mana beliau terhubung garis
keturunannya kepada Rasulullah ﷺ
melalui jalur Husein putra Ali dan Fatimah sehingga beliau dijuluki Sayyid. Sayyid
Ahmad Khan sangat berkonstribusi dalam mendamaikan umat Islam dengan Inggris
serta berperan dalam memperjuangkan nasib umat Islam, beliau juga berusaha
mencegah terjadinya kekerasan terhadap orang Inggris dan banyak menolong orang
Inggris ketika pemberontakan gabungan umat Hindu dan Islam dalam melawan
Inggris pada 10 Mei 1857 yang dikenal dengan mutiny. Ahmad Khan berpandangan
bahwa umat Islam menjadi terbelakang, bodoh, dan miskin karena tak memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana eropa, pemikirannya ini
dilatar belakangi oleh kondisi pengalaman, pengetahuan serta sosio-kultural masyarakat
di saat itu, oleh karenanya beliau memberikan pemikiran pembaharuannya pada
sektor pendidikan yang tentu hal ini membawa kemajuan pada umat Islam.
G. Muhammad Ali
Jinnah
Muhammad Ali Jinnah adalah seorang tokoh pendiri Pakistan yang diberi gelar
Quaid-i-Azam (pemimpin besar) yang dilahirkan di Karachi pada tanggal 25
Desember 1875 M dan wafat pada 1948 M di Karachi. Beliau memiliki pemikiran
reformasi yang meliputi berbagai bidang kehidupan baik dari segi politik,
agama, pendidikan dan sosial budaya yang kemudian dicurahkan pada perubahan
peradaban Republik Islam Pakistan yang terbentuk pada 15 Agustus 1947 dan
pengejawantahan ide-ide gerakan modernisasi dan westernisasinya ini dilatar
belakangi oleh pemikiran tokoh-tokoh sebelumnya, namun beliau tetap menyadari
akan kekuatan Islam yang mana tetap sebagai pemersatu kekuatan melawan kekuatan
asing sehingga beliau ingin menyelamatkan umat muslim India dari tekanan dan
intimidasi umat Hindu di India dengan mendirikan negara sendiri bagi umat
muslim India, yakni Pakistan. Konsep mendirikan negara sendiri bagi umat muslim
yang dalam konteks masih terdapat intimidasi antar agama, sangat layak untuk
dicontoh bahkan hingga saat ini.
Demikian beberapa tokoh modernisasi Islam yang dapat kami paparkan. Semoga dengan mengenal beberapa tokoh tersebut, dapat memberikan kita wawasan tambahan serta dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi di masa lampau.
Ditulis Oleh: Ahmad YaniSumber: www.jejakmufassir.my.id