Modernisasi Islam di Mesir
Gerak-gerik awal mula Modernisasi Islam di Mesir ditandai dengan kemunculan sosok tokoh pemimpin berpengaruh bernama Muhammad Ali Pasha. Muhammad Ali Pasha hadir dalam rangka menghadapi modernisasi yang dilakukan di negeri Barat.
Muhammad Ali Pasha adalah keturunan asli Turki yang lahir di Kawalla, Yunani tahun 1765 M dan wafat di Mesir pada 1849 M. Berawal dari karir beliau yakni seorang pemungut pajak, akibat daripada kecerdasan beliau, beliau diangkat menjadi seorang Gubernur. Ketika ia masuk ke dinas militer, ia begitu cepat diangkat sebagai perwira. Karena keberaniannya melawan pasukan Prancis di Mesir, ia pun dilantik menjadi kolonel.
Pasca keluarnya Prancis dari Mesir di tahun 1801 M, terdapat kekosongan kekuasaan politik di Mesir, ketika inilah Muhammad Ali Pasha memainkan peran yang sangat cerdik dengan mencegah kembalinya kaum Mamluk yang ingin menguasai Mesir kembali. Ia mencegah kembalinya penduduk Turki Usmani yang pada saat itu sudah mengirimkan gubernurnya. Lalu ia pun diangkat menjadi pasha (gubernur) dan terpaksa diakui oleh Sultan Usmani pada 1805 M. Beliau memimpin dengan otoriter kekuatan militer sebagaimana raja seblumnya, namun ia memiliki pemikiran bahwa di balik kekuatan militer harus ada kekuatan ekonomi yang menopang stabilitas negara. Sehingga dua hal ini penting yakni kemajuan militer dan kemajuan ekonomi. Dalam usahanya Muhammad Ali Pasha merampas kekayaan orang-orang Mamluk dan harta-harta orang kaya di Mesir, dan menjadikan rampasan tersebut di bawah kekuasaannya.
Ia sadar bahwa Mesir merupakan negeri pertanian, sehingga ia memperbaiki irigasi yang lama dan membuat irigasi baru serta ia mendatangkan ahli pertanian dari Eropa. Meski beliau buta huruf, tapi beliau sadar akan pentingnya berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Maka beliau mendirikan kementerian pendidikan, sekolah militer, sekolah teknik, dan sekolah kedokteran dengan mendatangkan guru-guru dari Barat.
Muhammad Ali Pasha juga mengirim para pelajar di Mesir ke Barat hingga kemudian didirikan penampungan khsusu di Paris untuk para pelajar ini. Namun ia tetap mengawasi mereka dengan ketat dan intens agar para pelajar itu tidak melebihi dari yang diperlukan. Dikarenakan para pelajar itu memiliki kemampuan bahasa Perancis yang cukup memumpuni, para pelajar tersebut sempat membaca karya-karya Barat yang berdampak pada lahirnya ide-ide serta gagasan baru mengenai demokrasi, pemerintah republik, patriotisme, dan lain-lain. Hingga akhirnya para pelajar inilah yang menjadi jalur transformasi intelektual dari dunia Barat ke dunia Islam di Mesir. Pada puncaknya pada tahun 1836 M didirikanlah Sekolah Penerjemahan yang kemudian terjadi proses transliterasi karya-karya asing ke dalam bahasa Arab.
Adanya modenisasi Islam di Mesir yang dilakukan oleh Muhammad
Ali Pasha sangat layak dicontoh hal positifnya meski hanya berupa keduniawian
saja namun jelas bahwa dengan terangkatnya kehidupan dunia ummat Islam maka
terangkat pula derajat keagamaannya.
Siapa sangka ternyata sosok seorang yang
buta huruf, mampu membawa Mesir menjadi sebuah negara modern yang bahkan
Muhammad Ali Pasha sendiri mampu menerima gelar The Founder of Modern Egypt (Bapak
pembaharuan Mesir modern) berkat jasa-jasanya.
Di antara proses transformasi
modernisasi Islam yang layak kita contoh dari Mesir ialah bagaimana cara
Muhammad Ali berusaha melakukan usaha dalam rangka memperbaiki bidang
pendidikan, ekonomi, dan militer.
Modernisasi Islam di Turki
Turki mulai beranjak ke arah modernisasi tatkala terjadi kombinasi peradaban
antara Turki, Islam dan Barat. Modernisasi tersebut juga
dipengaruhi oleh pimpinan Mustafa Kemal pada tahun 1919 – 1923, sebab Mustafa
Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan
kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip sekularisme, modernisme dan
nasionalisme.
Mustafa Kemal Ataturk lahir pada 12 Maret 1881 M. Beliau adalah pencetus pertama dihapuskannya sistem pemerintahan khilafah yang selama ini menjadi sistem negara Turki. Beliau mengubahnya menjadi sistem baru yakni sistem demokrasi. Turki ketika itu tengah mengalami keterpurukan karena kalah dalam Perang Dunia I yang mana Turki sendiri ikut kelompok Jerman yang pada saat itu mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I. Mustafa Kemal Ataturk berusaha merubah kembali tatanan sistem pemerintahan yang ada di negara Turki untuk menyelamatkan dari kehancuran dan menjadikan negara Turki modern.
Sebab perjuangannyalah ia diangkat menjadi presiden pertama Negara Turki pasca perubahan sistem pemerintahan tersebut. Beliau menjabat selama 15 tahun lamanya. Masa jabatannya ini cukup lama, namun tidak selama masa jabatan presiden RI, Soeharto yang telah menjabat selama 32 tahun.
Beliau ketika itu mampu memberikan spirit kepada rakyat Turki dalam menghadapi keterpurukan yang ada. Beliau memotivasi rakyat Turki untuk bisa memiliki rasa bangga terhadap identitas diri mereka sebagai rakyat negara Turki.
Beliau turut membawa kemajuan di bidang militer. Beliau menjadi penjaga ideologi negara Turki yang berpegang kepada prinsip militer. Bahkan sampai tahun 1925 Turki menganut paham one partai dengan posisi dari berbagai bidang yang diketuai oleh seseorang yang berlatarbelakang militer. Beliau juga sebenarnya banyak mempengaruhi sistem bidang-bidang lainnya termasuk sistem pemerintahan di bidang keagamaan serta pendidikan. Beliau merubah bahasa Turki Tradisional yang awalnya bahasa Arab dan Persia menjadi bahasa Turki. Bahasa Turki terdiri dari 29 huruf alfabet, 8 vokal dan 21 konsonan di masa lampau, alfabet Turki ditulis menggunakan huruf Arab, namun tahun 1928, Mustafa Kemal Ataturk melakukan pergantian bahasa sebagai salah satu proses modernisasi.
Meski banyak yang memiliki pandangan negatif terkait sejarah daripada Mustafa Kemal Ataturk yang merubah sistem khilafah ini menjadi sistem demokrasi serta ketika itu ia banyak menutup madrasah-madrasah yang mendidik kelompok Islam fundamental yang keberadaannya mengancam ideologi sekuler (memisahkan urusan politik dan agama) di Turki. Namun di sisi lain ia juga diakui berhasil menciptakan sistem pemerintahan yang menjadi letak dasar-dasar kuatnya kehidupan demokrasi di Turki.
Kecemerlangan Mustafa Kemal dalam memimpin dan membawa
modernisasi Islam di Pusat Pemerintahan Turki layak kita ambil pelajaran
karena beliau mampu menjadikan rakyat Turki bangga memiliki identitas nasional
mereka serta mampu memerangi buta huruf dan memperkenalkan sains dan teknologi
modern di wilayah pedesaan Turki.
Setidaknya hal-hal positif tersebut yang semestinya juga kita ketahui juga sebagai kaum intelektual. Sebenarnya beliau juga memiliki banyak sisi negatif, selain daripada menggantikan sistem khilafah Islam, beliau juga banyak mengubah serta menghapuskan beberapa hukum Islam di Turki. Tentu dalam hal ini, bukan berarti beliau sebagai pemimpin tidak membawa pengaruh positif selain daripada pengaruh negatifnya.
Untuk pandangan negatif terkait kedua tokoh tersebut, bisa dicari di berbagai artikel lainnya baik itu dari jurnal, makalah ilmiah, penelitian ilmiah, skripsi, tesis, serta disertasi. Adapun terkait bagaimana dampak daripada runtuhnya Turki Usmani akibat daripada gerakan nasionalis yang dibawa oleh Mustafa Kemal Attaturk dapat diakses pada artikel pengaruh runtuhnya Turki Utsmani akibat gerakan nasionalis Mustafa Kemal Ataturk.
Oleh: Ahmad Yani
Sumber: www.jejakmufassir.my.id