Pada tulisan ini akan dibahas secara ringkas, jelas dan padat namun berbobot serta ilmiah terkait corak pemikiran Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani.
Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang tokoh pembaharu
Islam yang terlahir dari keluarga petani sederhana, taat dan cinta ilmu serta
memiliki silsilah yang sampai kepada Umar bin Khattab. Beliau dapat menghafal
al-Qur’an selama dua tahun.
Pada tahun 1862 beliau dikirim ke Tanta untuk
belajar agama di masjid al-Ahmady, lalu meneruskan pelajarannya ke al-Azhar
pada tahun 1866. Pada 1877 untuk kedua kalinya ia datang ke Mesir, pada tahun
itu juga ia menyelesaikan studinya dengan memperoleh gelar ‘alim dan
berhak mengajar di Universitas Al-Azhar. Pada 1880 ia diangkat menjadi direktur
surat kabar resmi pemerintahan Mesir, yaitu al-Waqa’ial Mishriyyah. Pada
tahun 1894 M ia diangkat menjadi anggota Majlis A’la di al-Azhar dan tahun 1899
diangkat menjadi Mufti Mesir, kedudukannya ini ia pegang hingga ia wafat pada
tahun 1905 M.
Corak Pemikiran Muhammad Abduh
Corak pemikirannya yakni di bidang pendidikan beliau menginginkan
konsep pendidikan terpadu, yaitu pendidikan bukan hanya mementingkan
intelektual semata dan bukan pula hanya menjurus ke arah spiritual, namun
keduanya beriringan.
Baca juga: Modernisasi Islam di Mesir dan Turki
Di bidang ijtihad beliau tidak terikat pada ulama madzhab
dalam mengembangkan pemikirannya, namun cenderung menginterpretasi kembali
pendapat para ulama kembali dan menyesuaikan konteks sekarang dengan
ijtihadnya.
Di bidang teologi beliau memandang bahwa paham fatalis (Jabariah)
harus diubah dengan paham kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
Di
bidang sosial beliau menekankan arti penting daripada persatuan.
Di bidang
ketatanegaraan beliau berpandangan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi.
Pemikiran yang ditawarkan Muhammad Abduh sangat layak untuk ditiru
di zaman modern ini, dan faktanya bahwa pemikiran beliau juga sudah diterapkan
di beberapa lembaga pendidikan seperti pondok pesantren modern yang menerapkan
konsep pendidikan terpadu antara intelektual dan spiritual yang harus
beriringan.
Biografi Jamaluddin Al-Afghani
Sayyid Jamaluddin al-Afghani adalah keturunan Rasulullah ﷺ
yang bermadzhab hanafi sekaligus tokoh penggerak pembaharuan Islam abad ke-19
yang lahir pada tahun 1838 M di Afghanistan. Beliau telah menekuni berbagai
cabang ilmu keislaman sejak kecil serta menekuni ilmu filsafat dari tokoh-tokoh
ulama Syi’ah seperti Syekh Murtadha Anshari, Mulla Husein Al-Hamadi, Sayyid
Ahmad Teherani, dan Sayyid Habbubi. Pada 9 Maret 1897 beliau wafat karena
penyakit kanker.
Corak Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani
Corak pemikiran beliau yakni beliau berusaha mengadakan
penataan dengan pendekatan rasional dan pemikiran bebasnya, melihat ajaran yang
diyakininya sebagai sumber kebenaran dan bahkan telah mampu mengantarkan umat pada
kejayaan masa lalu.
Dalam rangka menumbuhkan kembali kekuatan pertahanan umat dan
Dunia Islam beliau juga menggagas konsep solidaritas umat yang dibangun atas
dasar kesatuan dan persatuan umat dan Dunia Islam.
Beliau juga mengembangkannya menjadi kesatuan ideologi politik, dalam kerangka kesatuan dan keragaman, lalu
diberi label dengan Pan Islamisme.
Pemikiran yang dimiliki oleh
Sayyid Jamaluddin al-Afghani ini merupakan solusi yang tepat guna mempersatukan
umat muslim, serta menyadarkan umat Islam daripada kejumudan pemikiran sehingga umat Islam dapat kembali membangkitkan spirit intelektual mereka, tidak hanya mengkaji hal-hal sederhana.
Kiprah Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani dan Syeikh Mohammad Abduh
memberikan banyak konstribusi terhadap kemajuan dunia Islam, yang mana mereka
berdua banyak berkiprah tidak sebatas membahas perkara teologi ataupun ibadah
saja, akan tetapi juga menyadarkan umat Islam untuk sadar akan politik praktis.
Mereka juga menyadarkan umat Islam terkait bagaimana caranya untuk bisa menumbuhkan rasa nasionalisme kebangsaan
serta memperkenalkan bagaimana jati diri umat Islam.
Kedua tokoh tersebut mampu membuka cakrawala pemikiran umat Islam agar bisa bangkit daripada ketertinggalan terhadap perkembangan peradaban Barat.
Berkat pemikiran kedua tokoh inilah Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama berdiri dapat dapat bangkit di Indonesia, serta berhasil mendirikan berbagai pondok pesantren bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Mereka telah berjuang untuk melayani, merawat, menjaga serta mengayomi rakyat
dan negaranya.
Tulisan ini hanya garis besar daripada corak pemikiran Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani.
Tulisan ini hanya garis besar daripada corak pemikiran Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani.
Tentu sudah semestinya sebagai pembaca yang budiman banyak membaca lagi terkait referensi lainnya agar bisa lebih menggali pemikiran kedua tokoh tersebut.
Demikian artikel ringkas terkait corak pemikiran Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Semoga terdapat pembelajaran yang dapat dikutip dalam artikel ini.
Ditulis Oleh: Ahmad Yani
Sumber: www.jejakmufassir.my.id
Sumber: www.jejakmufassir.my.id