Dalam artikel ini akan dibahas terkait bagaimana pengaruh ekspedisi Napoleon ke Mesir terhadap dunia Islam. Setidaknya ekpedisi Napoleon ke Mesir sangat berdampak ke beberapa bidang, seperti bidang politik, sosial budaya, dan agama.
Pengaruh Ekspedisi Napoleon ke Mesir terhadap Dunia Islam di Bidang Politik
Saat Napoleon Bonaparte tiba di Mesir pada 1798 M, Mesir dalam kondisi
politik yang memprihatinkan. Mesir terbelah oleh dua kekuatan yang saling
menghancurkan.
Kekuatan tersebut yakni kekuatan Mamluk yang berkuasa secara
turun-temurun sejak abad ke-13 dan kekuatan yang didukung oleh pemerintahan
Utsmani di Istanbul.
Sebelumnya rakyat Mesir tidak tahu menahu terkait pemerintahan. Namun ketika itu Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama al-Azhar dan pemuka-pemuka dalam dunia bisnis dari Kairo dan daerah-daerah yang bertugas untuk membuat UU, memelihara ketertiban umum, dan menjadikan perantara penguasa-penguasa Perancis dengan rakyat Mesir.
Kemudian
juga dibentuk badan bernama Diwan al-Ummah yang pada waktu tertentu
mengadakan sidang guna membicarakan hal terkait kepentingan nasional.
Setelah pasukan Napoleon dipukul Inggris dan kembali ke Prancis, dampak ekspedisi Napoleon mulai dirasakan dari segi politik. Ketika itu muncul tokoh reformer Mesir berkebangsaan Albania bernama Muhammad Ali atau dalam bahasa Mesir yakni Mehmet Ali (1769 – 1849) dan mulai berkuasa.
Kedatangan Napoleon
dengan propaganda halusinatif mendorong perubahan di berbagai lini kehidupan
masyarakat Mesir.
Masyarakat melihat bahwa kebebasan merupakan hal mutlak yang
harus diperjuangkan. Mehmet Ali berhasil meraih simpatik masyarakat ketika itu
dan menggeser dominasi Mamluk. Faksi Mamluk pada akhirnya turut mendorong
Mehmet Ali untuk meneruskan ide reformasinya.
Hingga akhirnya kesultananpun
dihilangkan dan Mesir mulai memasuki masa modern di bawah kepemimpinan Mehmet
Ali. Dan sejak saat itu politik di Mesir menjadi lebih baik dan bangsa Mesir
jadi lebih mengetahui sistem pemerintahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengaruh Ekspedisi Napoleon ke Mesir terhadap Dunia Islam di Bidang Sosial Budaya
Napoleon Bonaparte yang membawa para ilmuwan dan seperangkat peralatan
ilmiah memberi kontak baru bagi tumbuhnya dinamika pengetahuan di kalangan intelektual
Muslim untuk menggali ilmu pengetahuan dengan cara ilmiah yaitu penelitian. Hal
ini menumbuhkan gairah intelektual bangsa Mesir dan bangsa Mesir mulai gencar
mengadopsi peradaban Barat dalam berbagai hal.
Pengaruh lain daripada ekspedisi
Napoleon yakni bangsa Mesir mulai muncul kesadaran akan keterbelakangan ilmu
pengetahuan, sehingga dibangunlah infrastruktur pendidikan dan mengakui
pentingnya kebebasan dan kemerdekaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Akibat daripada Ekspedisi Napoleon, dalam bangsa Mesir mulai lahirlah
gagasan persamaan (legalite) dan kesetaraan antara penguasa dan rakyat.
Secara
sosial budaya tentu hal ini merupakan dampak yang positif. Selain itu juga
bangsa Mesir mulai melakukan latihan militer, dan hal ini diadopsi daripada
budaya Prancis yang merupakan hasil dari Ekspedisi Napoleon.
Bangsa Mesir juga mulai merumuskan perekonomian, membangun budaya yang lebih maju dan berbagai hal lain dengan bercermin dari budaya Barat.
Pengaruh Ekspedisi Napoleon ke Mesir terhadap Dunia Islam di Bidang Agama
Dampak Ekspedisi Napoleon terhadap Mesir dari segi agama juga banyak.
Akibat Ekspedisi Napoleon, hal tersebut memantik kesadaran bahwa selama ini
umat telah salah kaprah memahami ruh perubahan yang terdapat dalam al-Qur’an.
Mereka akhirnya mengakui bahwa Barat yang tidak secara langsung diilhami spirit
al-Qur’an pun dapat maju dan jaya karena pola hidup dan orientasi akal yang
benar. Padahal yang dilakukan Barat hanyalah sebagian kecil dari isi kandungan
al-Qur’an.
Mesir yang pada awalnya dominan berpaham fatalisme dan tasawuf mulai menghendaki rasionalitas dan memunculkan paham keberagaman yang progresif. Hal ini terjadi setelah era Industrialisasi pada kepemimpinan Mehmet Ali.
Terkait
kemunculan paham keberagamaan yang progresif, Ibrahim Abu Rabi membagi
paradigma beragama di Mesir menjadi tiga model: Pertama, tradisionil,
artinya kelompok masyarakat yang cara beragamanya masih kolot, menolak
perubahan dan modernisasi. Meniru barat adalah awal kehancuran. Kedua,
adalah kelompok scientific trend. Kelompok ini mengandalkan rasionalitas murni
dan perkembangan ilmiah zaman. Kelompok ini benar-benar takjub terhadap barat,
karena barat sudah membuka mata mereka terhadap zaman. Ketiga, kelompok
sintetik. Kelompok ini adalah kelompok moderat yang rasional.
Selain itu dampak Ekspedisi Napoleon ke Mesir juga mendorong perubahan cara
pandang dan model beragama bangsa Mesir ke arah yang lebih rasional dan solutif
terhadap perubahan zaman. Fanatisme terhadap satu madzhab mulai ditinggalkan.
Adapun pemahaman jabariyah mulai bergeser ke arah ikhtiyar.
Bahkan setelah ekspedisi Napoleon ke
Mesir terdapat golongan yang memandang bahwa barat di satu sisi harus ditiru,
namun di sisi lain harus tetap dikritisi. Dari golongan inilah kemudian lahir
banyak tokoh pembaharu Islam yang mendunia. Adapun beberapa tokoh intelektual
pembaharu Islam tersebut, yakni Muhammad Abduh, Thathowi, Rasyid Ridha, dan
lain-lain.
Ditulis oleh: Ahmad Yani
Sumber artikel: www.jejakmufassir.my.id